Selasa, 11 November 2008

MASJID

Di setiap kota yang saya kunjungi, saya berusaha mampir di salah satu masjid terbesarnya untuk melaksanakan sholat. Ada hal yang selalu berbeda dari masjid-masjid yang saya kunjungi sehingga memberikan kesan yang tidak terlupakan :

Masjid Agung MEDAN
Masjid ini mempunyai pelataran yang cukup luas, namun pada tahun 2000-an terlihat kurang terawat. Berada disamping Kantor Gubernur, sehingga pada saat reformasi yang banyak kegiatan demonstrasi di Kantor Gubernur masjid ini juga menjadi arena istirahatnya para demonstran. Bahkan kalau demonstran nginap, maka kamar mandi dan toilet masjid ini di gunakan untuk MCK, hal ini menambah kesemrawutan Masjid Agung Medan.

Masjid Raya MEDAN
Masjid peninggalan Sultan Deli ini nampak megah dengan arsitektur khas melayu. Permainan mozaik kaca pada pintu dan jendela menambah indahnya Masjid Raya. Pada tahun 1990-an di depan masjid ini di bangun pusat pembelajaan yang bernama YUKI SIMPANG RAYA.
Konon dari Masjid ke Istana Maimoon yang berjarak sekitar 300 meter ini ada sebuah terowongan bawah tanah untuk akses para Bangsawan apabila menuju Masjid.
Kekhasan bangunan kuno ini di pertahankan samapai saat ini dan menjadi salah satu ikon kota Medan.
Kekhasan masjid ini saat sholat berjamaah selain imam ada petugas khusus yang bertindak sebagai pengeras aba-aba perubahan gerakan yang disampaikan iman . Namun bacaan sholat tetap hanya dibaca oleh imam.
Di pintu gerbang Masjid banyak pedagang kaki lima yang menjual dagangan berupa kelengkapan ibadah, minyak wangi, dan buku-buku agama. Juga kadang terdapat penjual telur penyu yang konon khasiatnya bisa menambah tenaga.

Masjid Agung KENDARI
Saat saya tinggal di Kendari Masjid ini masih dalam kondisi yang memprihatinkan, bahkan untuk ambil air wudhu saja kebanyakan orang mengambil dari kolam didepan masjid yang kondisinya sangat memprihatinkan. Beberapa saat sebelum saya pindah dari Kendari masjid Agung ini sudah mulai direnovasi, namun sayangnya saat pemasangan lantai dari bahan granito yang harganya cukup mahal ternyata setelah jadi kelihatan gelombang sehingga untuk menutupi kondisi tersebut harus dipasang karpet. Hal ini disebabkan selain tukangnya belum pengalaman juga saat lantai belum kering benar Masjid agung kedatangan tokoh ormas yang menadatangkan masa cukup besar dan terpaksa lantai belum keringpun dimanfaatkan.

Masjid (Al Markash Al Islami?) Makassar
Masjid ini katanya meniru arsitektur masjid Al Azaar, dengan motif siku tanpa lengkung nampak sangat gagah dan terkesan sangat luas. Pemanfaatan tata guna bangunan sudah sedemikian bagusnya, sehingga setiap kegiatan tidak saling mengganggu.
Halaman masjid yang luas dimanfaatkan oleh pedagang asongan untuk menjajakan makanan magi jamaah yang baru keluar Masjid. Beberapa kerumunan setelah didekati ternyata para jemaah yang menyantap makanan khas Makassar "JALANGKOTEK" dengan sambal cair.
Masjid ini selalu ramai karena dimanfaatkan juga untuk kegiatan perdagangan dan pengkajian islam.

Masjid Islamic Centre Samarinda
Saat kami baru pindah ke Samarinda masjid ini baru mulai dibangun di niatkan untuk kegiatan pengembagan Islam di Kalimantan Timur. Masjid ini dibangun dengan arsitektur mirip Masjid Nabawi di Madina. Lantai dan tembok memanfaatkan marmer menambah megahnya banguan yang sangat besar ini. Sayang 4 tahun kami di Samarinda masjid Islamic Centre belum juga tuntas dibangun.

Masjid Raya Samarinda
Berada di tepian sungai Mahakam dengan 4 menara menjulang dan satu kubah ditengah Masjid. Sepintas menara masjid nampak seperti rudal misil yang siap ditembakan (buat dengan ujung runcing seperti pencil dibalik).
Masjid ini terkenal dengan khataman Al-Qur'an pada satu bulan taraweh, sehingga kira-kira tiap malam menyelesaikan bacaan satu JUZ.

bersambung . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar